Negara Rusia Memiliki Armada Hantu Untuk Mengekspor Minyak Yang Rincian Kepemilikan Dan Pendaftarannya Di Samarkan. Sejak Februari 2022, pemerintah negara-negara Barat telah berupaya mengurangi pendapatan Rusia. Dari ekspor energi dan mineral, serta membuat Negara Rusia kekurangan teknologi dan keuangan, sehingga mengganggu kemampuan Rusia untuk berperang. Dalam prosesnya, mereka telah menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 15.000 entitas dan individu Rusia, menurut database yang di buat oleh Dewan Atlantik. Namun sanksi membutuhkan waktu untuk memberikan dampak. Masih banyak pelanggan yang melakukan keahlian terbaik Rusia, menjual minyak dan komoditas lainnya. Sebagian besar negara di Asia belum menandatangani sanksi, sehingga Rusia memiliki pasar yang siap untuk minyak mereka, serta peralatan berteknologi tinggi yang pernah di beli dari Barat.
India dan Tiongkok kini menyumbang 90% ekspor minyak Negara Rusia, menurut Wakil Perdana Menteri Alexander Novak. Dalam upaya membatasi keuntungan Rusia dari minyak, negara-negara G7 mengumumkan bahwa kapal-kapal Barat dan perusahaan asuransi hanya dapat di gunakan ketika harga minyak kurang dari $60 per barel. Jadi Rusia mengembangkan jaringan pengirim baru untuk mengatasi pembatasan dan terus menjual ke India dan Tiongkok. Ketika harga minyak mentah global menurun menjelang akhir tahun 2023, pendapatan Rusia juga menurun. Lembaga pemikir Dewan Atlantik, yang memantau dampak sanksi, memperkirakan Rusia memindahkan 71% ekspor minyaknya melalui armada hantu yang terus bertambah, yang rincian kepemilikan dan pendaftarannya di samarkan. Analis pelayaran Windward memperkirakan pada bulan September bahwa sebanyak 1.400 kapal telah di gunakan untuk mengangkut minyak Rusia yang bertentangan dengan sanksi Barat, banyak dari kapal tersebut berlayar tanpa asuransi.
Negara Rusia Meningkatkan Impor Peralatan Mesin Canggih
Christine Abely, penulis “The Russia Sanctions: The Economic Response to Russia’s Invasion of Ukraine,” mengatakan bahwa batasan harga minyak telah menjadi sasaran penghindaran yang lebih luas dari waktu ke waktu. Baik karena pelanggaran langsung terhadap ketentuan batasan tersebut maupun oleh negara Rusia. Mereka membangun armada bayangannya sendiri untuk mengangkut minyak.” Para pejabat Barat sedang mencari cara untuk mengatasi penghindaran ini. Pada bulan Oktober silam, Departemen Keuangan Amerika Serikat memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Turki dan Uni Emirat Arab karena menjual minyak mentah Rusia di atas batas harga.
Namun menekan penghindaran ini sulit di lakukan di dunia pelayaran dagang yang tidak jelas. Selain itu, Dewan Atlantik mencatat, sebagian besar bank Rusia tetap memiliki akses ke SWIFT. Yaitu layanan pesan yang menghubungkan lembaga keuangan di seluruh dunia. Yang memungkinkan mereka melakukan transaksi internasional dan menyelesaikan pembayaran lintas batas. Hanya beberapa bank yang terputus dari platform tersebut sebagai bagian dari sanksi. Lembaga think tank tersebut juga menghitung bahwa Rusia mengimpor peralatan perang dan teknologi penggunaan ganda senilai lebih dari $900 juta per bulan pada paruh pertama tahun 2023.
Badan Kejahatan Nasional Inggris baru-baru ini mengatakan: “Rusia sedang mencoba untuk mendapatkan barang-barang yang terkena sanksi Inggris. Melalui negara-negara perantara menggunakan rantai pasokan yang kompleks dan jalur pasokan alternatif untuk memperoleh produk-produk yang terkena sanksi.” Analisis Financial Times terhadap data resmi Rusia menemukan bahwa, ketika akses terhadap peralatan presisi dari Barat di tutup. Negara Rusia Meningkatkan Impor Peralatan Mesin Canggih yang di kenal sebagai kontrol numerik komputer (CNC) dari Tiongkok sebanyak sepuluh kali lipat. Perusahaan-perusahaan Taiwan dan Korea Selatan juga telah menjual alat-alat tersebut, yang dapat di gunakan dalam industri militer, demikian temuan mereka.
Sanksi Telah Membatasi Akses Industri Militer Rusia
Rusia telah menggunakan perantara yang menyembunyikan tujuan akhir dan penggunaan akhir segala sesuatu. Mulai dari bantalan bola hingga peralatan navigasi dengan semakin percaya diri. Departemen Keuangan Amerika Serikat berusaha untuk mengimbanginya, kata Abely, dengan mengejar para perantara ini. Bulan lalu mereka memberikan sanksi kepada beberapa perusahaan Turki, Perusahaan Tiongkok dan UEA juga telah terkena sanksi. Ini adalah proses yang melelahkan, namun menimbulkan kerugian bagi Rusia. Sanksi Telah Membatasi Akses Industri Militer Rusia terhadap teknologi canggih. Dan Rusia terpaksa membayar mahal untuk produk pengganti dari pasar lain, kata Bank of Finland dalam laporannya baru-baru ini. Laporan tersebut memperkirakan bahwa biaya barang-barang Tiongkok yang berguna bagi upaya perang Rusia meningkat sebesar 78% dari tahun 2021 hingga 2023.
Sanksi terhadap individu, termasuk pembekuan aset mereka dan penyitaan kapal superyacht, tidak menyebabkan meningkatnya penolakan terhadap Kremlin atau bahkan perang di kalangan elit. Meskipun beberapa oligarki telah menyuarakan penolakan mereka dari negara asing yang relatif aman. Sangat sedikit aset mereka yang di sita oleh negara-negara Barat. Dan Kremlin telah memberi mereka pilihan yang sulit yaitu mendukung tanah air atau kehilangan segalanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa rakyat Rusia terkena dampak drastis sanksi Barat. Meskipun jauh lebih sulit bagi orang Rusia untuk mengunjungi Eropa, ratusan ribu orang berlibur ke Turki, Mesir, dan Thailand. Industri perjalanan Rusia melaporkan bahwa wisatawan Rusia melakukan 7 juta perjalanan ke luar negeri dalam sembilan bulan pertama tahun lalu, naik 50% dari periode yang sama pada tahun 2022. Toko barang mewah di Moskow penuh dengan barang-barang Barat, banyak di antaranya datang melalui negara ketiga seperti Kazakhstan. Beberapa sanksi sudah berdampak pada konsumen.
Sanksi Tersebut Akan Berdampak Jangka Panjang Pada Perekonomian Rusia
Maskapai penerbangan negara Rusia S7 mengatakan pada bulan Desember bahwa sekitar 20% pesawatnya di larang terbang karena mesin buatan Amerika Serikat tidak dapat di perbaiki. Sehingga menyebabkan lebih sedikit penerbangan dan pengurangan staf pada maskapai tersebut. Sanksi Tersebut Akan Berdampak Jangka Panjang Pada Perekonomian Rusia, menurut Komisi Eropa. Dalam penilaian yang di terbitkan pada pertengahan tahun 2023, badan eksekutif Uni Eropa mengatakan dampaknya akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Karena langkah-langkah tersebut memiliki dampak struktural dan jangka panjang terhadap anggaran. Pasar keuangan, investasi asing, serta basis industri dan teknologi Rusia.
Seorang pejabat senior Amerika Serikat, Geoffrey Pyatt, mengatakan kepada media baru-baru ini: “Ini adalah sesuatu yang harus kita pertahankan selama bertahun-tahun yang akan datang, selama Putin tetap bertahan dalam perang ini.” Menurut Rachel Lyngaas, kepala ekonom sanksi di Departemen Keuangan Amerika Serikat. Para pemimpin negara Rusia menghadapi trade-off yang semakin menyakitkan. Yang akan mengorbankan prospek jangka panjang. Karena kurangnya investasi, lambatnya pertumbuhan produktivitas, dan kekurangan tenaga kerja akan semakin parah. Jadi, meskipun negara Rusia sejauh ini telah berhasil menumbangkan dampak sanksi, hal ini akan berkontribusi pada prognosis jangka panjang yang suram. Dan Rusia akan mengalami inflasi dan krisis ekonomi besar-besaran kedepannya. Hingga saat ini belum ada keputusan apapun dari negara-negara Barat dalam mengatasi permasalahan negara Rusia ini. Namun di pastikan, negara Barat akan terus menerapkan sanksi hingga konflik dapat di akhiri Negara Rusia.