Shark Finning, Tren Kuliner Yang Mengancam Kelestarian Laut

Shark Finning

Shark Finning, Tren Kuliner yang Mengancam Kelestarian Laut

Shark Finning
Shark Finning, Tren Kuliner yang Mengancam Kelestarian Laut

Shark Finning Merupakan Praktik Yang Melibatkan Penangkapan Hiu Di Laut Lepas, Pemotongan Siripnya, Dan Pembuangan Kembali Saat Masih Hidup. Dan jika ikan hiu di pandang sebagai puncak rantai makanan dalam kehidupan dunia laut, maka sejatinya manusia berada jauh di atas puncak rantai tersebut. Demikian ini Karena manusia telah menggantikan peran ikan hiu sebagai puncak utama di lautan.

Melalui sebuah kegiatan yang disebut dengan Shark Finning. Shark Finning adalah praktik penangkapan ikan hiu secara tidak berkelanjutan, di mana dalam praktik ini Sirip hiu di potong dan di ambil dari tubuhnya dalam kondisi hiu masih hidup. Kemudian hiu yang tanpa sirip dan dalam kondisi masih hidup tersebut, di lepas kali ke lautan.

Akibatnya hiu tidak dapat bergerak dengan baik tubuh mereka menjadi lemah kemudian dengan perlahan tenggelam ke dasar laut. Di sana hiu-hiu tersebut menemui kematian dengan cara yang mengenaskan, baik karena kelaparan, kekurangan darah atau dimangsa hewan lain. Dengan demikian Shark Finning menjadi semacam tarian kematian di lautan, yang tersembunyi dari mata dunia.

Kendati demikian sirip-sirip yang di ambil dari ikan hiu itu seolah menjadi trofi kebanggaan bagi mereka yang tidak memiliki kepekaan hati nurani. Shark Finning menjadi sebuah panggung horor di mana kekejaman manusia mencapai puncak kegilaannya. Dalam adegan kelam ini hiu-hiu yang dahulu menjelajah samudera dengan anggun sebagai raja lautan, kini menjadi korban yang tidak berdaya dari nafsu manusia yang amat kelam.

Ancaman Langsung Dan Serius Shark Finning

Shark finining adalah bisnis yang sangat seksi. Sirip hiu sangat di hargai di pasar Internasional terutama dalam industri kuliner Asia yang menyajikan soup sirip Hiu. 1 kg sirip hiu dapat di jual dengan harga 500 ponerling atau sekitar Rp.9,8 juta. Kendati demikian harga ini bukanlah patokan pasti. Sebab kisaran harga per kilogram Sirip Hiu dapat berkisar antara beberapa ratus hingga ribuan dolar.

Bahkan harga yang sangat tinggi per kilogramnya telah di laporkan untuk beberapa spesies hiu. Dan dalam beberapa kasus harga sirip hiu dapat di hitung per Pon dan kisarannya dapat mencapai ratusan hingga ribuan dolar per ponnya. Dengan demikian sirip hiu adalah industri dengan nilai multi miliar dolar. Dan itulah sebabnya para ahli hiu memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 100 juta hiu yang di tangkap dan di ambil siripnya setiap tahun.

Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2050 sebagian besar spesies hiu akan hilang karena faktor penangkapan yang tidak berkelanjutan. Jumlah besar hiu yang dipanen tanpa memandang usia, ukuran, dan spesiesnya pada akhirnya akan menghabiskan hiu lebih cepat daripada kemampuan reproduksi mereka untuk kemudian mengisi kembali populasi.

Tentu saja kenyataan ini menyiratkan Ancaman Langsung Dan Serius Shark Finning terhadap stabilitas ekosistem laut. Para nelayan Durjana itu mengejar hiu-hiu tanpa ampun, memotong sirip mereka dengan kejam dan tanpa belas kasihan. Tubuh yang tersisa yang seharusnya utuh di lempar kembali ke lautan seperti serpihan tak berguna.

Dalam panggung yang kejam ini laut seolah menjadi medan perang, di mana hiu-hiu yang semula sangat di hormati menjadi korban serta tumbal dari keberutalan manusia. Mereka yang dulunya mendominasi di lautan kini di hancurkan oleh keputusan ganas manusia yang melihat mereka hanya sebagai komoditas berharga untuk di manfaatkan.

Sup Sirip Hiu Hidangan Yang Digemari

Hiu adalah jenis ikan yang tumbuh dengan lambat dan berumur panjang. Serta hanya menghasilkan sedikit keturunan. Ciri-ciri riwayat hidup ini di tambah dengan tingginya permintaan terhadap produk hiu seperti sirip, daging, dan rahang hiu menjadikan mereka berisiko tinggi mengalami penangkapan ikan yang berlebihan.

Sejak tahun 1970-an telah terjadi penurunan spesies ikan hiu dan ikan pari sebesar 71%. Dengan faktor utama di sebabkan oleh penangkapan ikan yang berlebihan. Kemudian separuh dari 31 spesies hiu samudera di dunia kini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah atau sangat terancam punah oleh persatuan internasional untuk konservasi alam.

Kebiasaan mengonsumsi Sirip Hiu terkait erat dengan tradisi kuliner di Asia, terutama di kawasan Cina, Hongkong, Taiwan serta beberapa negara Asia Tenggara. Di mana praktik ini telah ada selama berabad-abad. Di masa lalu para kaisar Cina menyukai sup sebagai hidangan untuk menghormati para tamu. Demikian ini karena sup di anggap memiliki manfaat pengorbanan dan melambangkan kemenangan melawan hiu yang di pandang kuat.

Kendati demikian popularitas hidangan ini tidak pernah memudar seiring waktu, bahkan semakin meluas seiring dengan pertumbuhan populasi Cina. Sup Sirip Hiu Hiangan Yang Digemari dan juga hidangan yang paling terkenal serta paling di cari. Biasanya subsip hiu di sajikan dalam acara khusus, seperti pernikahan, pesta, atau acara bisnis.

Hidangan ini di anggap sebagai tanda kemewahan dan prestise dan terkadang juga di asosiasikan dengan keinginan untuk memperlihatkan kemampuan finansial. Mereka yang menikmati hidangan sup sirip hiu seolah tidak menyadari atau bahkan sengaja tidak mau tahu. Bahwa setiap sendok sup yang mereka nikmati membawa serta rasa darah serta penderitaan. Peristiwa ini merupakan sebuah pementasan tragis, di mana manusia yang disebut sebagai sang penakluk menjadi pemburu tanpa belas kasihan yang merobek hak hidup dari makhluk laut yang rentan serta tidak berdaya.

Shark Finning Mengancam Populasi Hiu

Dengan angka permintaan sirip hiu yang sangat tinggi, para nelayan mempunyai inisiatif untuk mengumpulkan dan menjual Sirip Hiu. Sebuah riset menemukan bahwa negara-negara Eropa menjual begitu banyak Sirip Hiu ke Asia sehingga mereka mendominasi hampir separuh perdagangan. Banyak nelayan lebih memilih untuk melakukan praktik penangkapan Sirip Hiu di bandingkan membawa hiu utuh ke daratan.

Hal ini di karenakan Sirip Hiu jauh lebih berharga di bandingkan bagian tubuh lainnya. Para nelayan memilih untuk hanya menyimpan Sirip Hiu saja yang itu hanya sekitar 1 hingga 5% dari total berat hiu. Kemudian mereka membuang sisa hiu tersebut daripada membiarkan bagian yang kurang berharga tersebut memenuhi ruang kapal.

Dengan sekitar 97 hingga 100 juta hiu di bunuh setiap tahunnya untuk di perdagangkan di pasar hiu, membuat populasi hiu menurun dengan drastis. Kemudian sebagai akibatnya penurunan populasi yang drastis ini tidak hanya berbahaya bagi hiu melainkan juga bagi seluruh ekosistem. Ketika Shark Finning Mengancam Populasi Hiu telah menurun efek riak dapat menyebar ke seluruh ekosistem. Misalnya hilangnya Hiu martil halus mangsanya yaitu ikan pari bertambah banyak. Lalu populasi ikan pari yang lebih besar akan memakan lebih banyak kerang. Hal ini tidak hanya merugikan populasi kerang serta keragaman hayati ekosistem tetapi juga merugikan perikanan manusia.

Selain itu banyak penduduk di pesisir yang mendapat penghasilan dari hiu yang menarik wisatawan untuk datang ke komunitasnya untuk melakukan ekowisata. Salah satu perkiraan mengenai hiu martil menunjukkan bahwa hiu hidup, selama masa hidup mereka bernilai sekitar 1,6 juta dolar. Yang jumlah tersebut tentu jauh lebih besar di bandingkan harga jual hiu mati yang hanya sebesar ratusan hingga ribuan dolar. Semoga pemerintah setempat menyadari akan bahayanya kegiatan yang mengancam populasi hiu ini yang disebut dengan Shark Finning.