Tambang Kobalt, Kekayaan Alam Yang Berharga Dan Kontroversial

Tambang Kobalt

Tambang Kobalt, Kekayaan Alam yang Berharga dan Kontroversial

Tambang Kobalt
Tambang Kobalt, Kekayaan Alam yang Berharga dan Kontroversial

Tambang Kobalt adalah tempat di mana Kobalt, logam berwarna putih keperakan yang keras dan tahan panas, ditambang dari bumi. Kobalt adalah bahan penting dalam berbagai produk, termasuk baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik, elektronik, dan peralatan medis.

Kobalt adalah logam penting yang di gunakan dalam berbagai industri, termasuk baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik dan elektronik. Hasil dari Tambang Kobalt yaitu kobalt umumnya di temukan dalam bentuk biji nikel kobalt atau biji tembaga kobalt. Ia juga merupakan salah satu sumber daya alam terpenting di dunia yang digunakan dalam berbagai aplikasi, terutama dalam baterai mobil listrik, ponsel pintar, komputer dan lain sebagainya.

Seperti jenis logam pada umumnya, Kobalt harus di ambil melalui beberapa tambang yang tersebar di beberapa negara di dunia. Negara Kongo menjadi tambang Kobalt yang terbesar di dunia. Kongo di perkirakan memiliki 70% dari pasokan Kobalt dunia dengan jumlah Kobalt mencapai lebih dari 3,4 juta matrikton.

Dengan jumlah Kobalt di Tambang Kobalt sebanyak itu kongo di anggap sebagai salah satu negara dengan sumber daya alam paling kaya di dunia. Tetapi ironinya pendapatan perkapita Negara ini justru menjadi salah satu yang paling rendah di dunia. Ketika dunia mulai beralih pada energi terbarukan untuk memerangi perubahan iklim. Permintaan serta harga Kobalt terus naik dari waktu ke waktu. Pada pertengahan tahun 2020 nilainya mencapai $29.000 ton / marikton. Kemudian pada Maret Tahun 2022 nilainya mencapai $82.000 / ton.

Para ahli sepakat bahwa permintaan dan harganya akan terus meningkat seiring waktu. Untuk mendapatkan gambaran mengenai berapa banyak Kobalt yang di butuhkan oleh mobil listrik, kita dapat memperkirakannya melalui mobil Tesla yang membutuhkan sekitar 10 Pon Kobalt untuk membuat satu baterai yang hal itu lebih dari 400 kali lipat dari yang dibutuhkan oleh baterai ponsel.

Persaingan Dua Negara

Terdapat dua negara yang bersaing dan ingin mengendalikan pasokan Kobalt dunia yaitu Cina dengan Amerika Serikat. Persaingan Dua Negara ini membuat permintaan Kobalt meningkat. Bahkan Cina sudah memiliki 75% baterai lithium dunia yang dengan demikian sepertinya Cina akan memenangkan persaingan ini. Dalam 6 atau 7 tahun terakhir China Telah membeli 2 tambang Kobalt terbesar di Kongo, dan pada tahun 2020 Cina memiliki atau terhubung dengan 15 tambang Kobalt.

Pada tahun 2009 presiden yang berkuasa membuat kesepakatan dengan China untuk akses ke konsesi pertambangan dengan imbalan bantuan pembangunan, komitmen untuk membangun jalan dan beberapa klinik kesehatan masyarakat, sekolah rumah sakit dan lain sebagainya. Selanjutnya Cina menyita kepemilikan 15 dari 19 konsesi pertambangan Kobalt yang terdapat di negara Kongo. Sehingga mereka mendominasi penggalian tambang.

Bukan hanya itu mereka juga mendominasi rantai sampai ke tingkat baterai. Mereka memiliki sekitar 80% dari pasar Kobalt olahan dan mungkin setengah dari pasar baterai dunia. Kendati permintaan dan harga Kobalt terus meningkat seiring waktu, kondisi penambang yang sebagian besar adalah orang-orang Kongo justru berada dalam kondisi yang sangat suram dan memperihatinkan. Di mana mereka yang bekerja hanya di bayar sekitar 3,50 dollar per harinya atau sekitar Rp.45.000.

Terdapat dua bentuk penambangan yang dilakukan di tambang ini, yaitu penambangan oleh perusahaan menggunakan teknologi yang modern. Kemudian yang kedua adalah penambangan yang di kenal sebagai sektor arti sanal. Di mana di perkiarakan 200.000 ribu orang yang bekerja di tambang-tambang jenis dengan 1jt orang lainnya yang terlibat dalam bagian lain dari proses tersebut.

Dampak Negatif Lingkungan Tambang Kobalt

Secara teknis penambangan rakyat atau arti sanal merupakan aktivitas yang ilegal, hanya saja dalam banyak kasus penambangan rakyat justru menjadi bagian yang dominan. Dengan alasan bahwa perusahaan dapat membeli hasil tambang mereka dengan harga yang sangat murah. Di sektor tambang arti sanal aktivitas yang di lakukan para penambang yang terdiri dari pria wanita dan anak-anak tidak di atur dan tidak di bekali dengan kemampuan serta alat yang memadai.

Mereka menambang menggunakan alat-alat sederhana, bahkan tanpa pelindung sehingga setiap hari para penambang itu harus menghirup dan bersentuhan dengan Kobalt yang beracun. Bahkan ibu-ibu muda dengan bayi yang di ikat pada punggung semuanya juga menghirup racun ini. Pekerja tambang termasuk anak-anak seringkali bekerja dalam kondisi yang berbahaya dan terkena eksploitasi. Mereka di pekerjakan dalam jam kerja yang berlebihan serta tidak mendapatkan upah yang adil. Bahkan mereka juga sering mengalami kekerasan dan pelecehan.

Di samping itu penambangan Kobalt di Kongo juga menimbulkan Dampak Negatif Lingkungan Tambang Kobalt. Metode penambangan yang berlangsung selama beberapa dekade menyebabkan kerusakan habitat alami dan degradasi lahan. Selain itu penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan biji Kobalt juga mencemari air serta tanah, menyebabkan pencemaran lingkungan yang merugikan bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Kendati banyak pelanggaran yang terjadi pemerintah dan perusahaan tidak pernah memberikan solusi untuk pelanggaran tersebut. Bahkan untuk sekedar mengupayakan upah yang layak bagi orang-orang Kongo itu sendiri. Pemerintah dan perusahaan bahkan dengan senang hati menerima dan membeli Kobalt dari hasil tambang rakyat yang dianggap ilegal tersebut.

Karena penyuapan Kobalt arti sanal akhirnya di proses bersama Kobalt yang di tambang secara industri. Yang ini berarti bahwa perusahaan Kobalt tidak hanya memilih pasokan Global dari penambangan resmi tetapi juga melalui hasil tambang rakyat yang mereka beli dengan harga yang sangat murah. Alhasil penduduk Kongo yang memiliki lumbung sumber daya alam yang mahal dan melimpah tetapi hidup miskin dan Nelangsa.

Tambang Kobalt Membawa Dilema Bagi Warga Pribumi

Tambang Kobalt Membawa Dilema Bagi Warga Pribumi. Di satu sisi, tambang kobalt menawarkan peluang ekonomi dan meningkatkan taraf hidup. Di sisi lain, tambang kobalt juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

Masa depan pertambangan kobalt di Kongo harus berfokus pada keberlanjutan dan keadilan. Penting untuk memastikan bahwa tambang kobalt memberikan manfaat bagi rakyat Kongo dan tidak memperparah kemiskinan dan kerusakan lingkungan.

Padahal presiden Kongo pertama yang terpilih secara demokratis pada tahun 1960, berjanji bahwa kekayaan mineral dan sumber daya negara yang sangat besar yang dimiliki oleh Kongo akan di gunakan untuk kepentingan orang-orang yang tinggal di negara itu. Tetapi sayangnya dalam waktu singkat atau sekitar 6 bulan sejak menjabat, dia telah di gulingkan dan di bunuh untuk kemudian di ganti oleh pemimpin yang diktator serta korup yang kemudian menghadiahi masyarakat Kongo dengan kemiskinan di tengah kekayaan alam yang seharusnya membuat mereka hidup sejahtera.

Di sebagian besar negara di mana tambang kobalt berlokasi, kondisi buruh dan standar kerja juga sering kali menjadi perhatian utama. Banyak tambang kobalt terletak di negara-negara dengan regulasi yang lemah terkait perlindungan pekerja dan hak asasi manusia. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti kerja paksa, penggunaan anak-anak dalam pekerjaan tambang, serta konflik dengan masyarakat lokal terkait hak atas tanah dan sumber daya alam. Hal ini di sebabkan karena banyaknya permintaan Kobalt dari setiap Tambang Kobalt.