Suku Ainu, Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan

Suku Ainu

Suku Ainu, Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan

Suku Ainu, Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan

Suku Ainu Merupakan Kelompok Etnis Asli Jepang Yang Diperkirakan Telah Ada Sejak Zaman Prasejarah Dan Menjadi Suku Yang Dilupakan. Mereka mendiami wilayah utara Jepang terutama di pulau Hokaido, serta beberapa bagian dari wilayah utara honsu dan kepulauan kuril. Mereka sering kali di anggap sebagai jomun Jin yaitu penduduk asli Jepang dari periode jomun. Suatu zaman prasejarah kepulauan Jepang yang di mulai dari akhir zaman batu pertengahan atau zaman batu baru. Yang di tandai dengan mulai di gunakannya barang-barang dari tembikar.

Suku Ainu hidup dengan budaya agama tradisi serta kepercayaannya tersendiri, budaya dan adat istiadat. Mereka seringkiali di sebut sebagai upopoi yang berarti rumah besar dalam bahasa suku Ainu. Budaya suku ini berpusat pada ketergantungan dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti hasil tangkapan ikan, perburuan, pengumpulan buah-buahan, dan tumbuhan liar. Selain itu mereka juga ahli membuat kerajinan tangan, seperti pakaian tradisional, alat-alat dapur, dan ukiran.

Pakaian tradisional suku Ainu seringkiali terbuat dari kulit kayu dan binatang, dan mereka memiliki tradisi tato wajah yang sangat khas dalam hal kepercayaan. Suku ini menganut animisme, yang berarti mereka percaya bahwa semua benda mati memiliki roh dan kekuatan layaknya semua makhluk hidup. Suku Ainu juga percaya pada kekuatan leluhur yang memperkuat kehidupan mereka dan mendorong perlindungan lingkungan alam.

Ada juga beberapa ritus agama tradisional, seperti yang berkaitan dengan pesta panen, pemburuan gajah salju, dan upacara kepercayaan untuk melindungi rumah. Meskipun merupakan penduduk asli Jepang, tetapi dalam sejarahnya Suku Ainu sering menjadi korban diskriminasi penindasan dan penistaan pemerintah Jepang dan Yamato. Yang merupakan penduduk mayoritas yang kemudian membuat Suku Ainu semakin terpinggirkan dan terancam punah.

Masalah Yang Dihadapi

Di duga terdapat lebih dari 150.000 orang Ainu saat ini, kendati demikian jumlah mereka tidak pernah di ketahui secara pasti. Demikian ini karena banyak orang Ainu menyembunyikan asal-usul mereka karena masalah etnis di negeri Jepang. Bahkan sering kali orang Ainu yang masih hidup tidak menyadari akan garis keturunan mereka. Hal ini di sebabkan kakek nenek mereka memang sengaja merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.

Seperti banyak masyarakat adat di dunia, Masalah Yang Dihadapi Suku ini berupa penindasan dan penjajahan oleh suku Yamato yang lebih maju secara teknologi. Berdasarkan sejarah, Yamato adalah suku mayoritas di negara Jepang di mana pemerintah menganggap mereka sebagai orang Jepang. Hal ini di sebabkan karena mereka memiliki agama, budaya dan kebiasan yang sama. Namun demikian sejarah mengusulkan bahwa suku Yamato tidak berasal dari Jepang. Dan sejarah mereka mungkin berbeda dengan yang berhasil di jalankan oleh budaya Jepang saat ini. Bahkan menurut pandangan terbaru suku Yamato berasal dari wilayah Cina Selatan dan bermigrasi ke negara Jepang melalui semacam rute maritim.

Pada abad keempat ketika mereka tiba, mereka membawa budaya dan teknologi baru termasuk seni pertanian serta sistem politik. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa mereka memiliki fitur wajah susunan fisik dan warna kulit yang berbeda dari Mayoritas penduduk Jepang. Dalam sejarahnya suku Yamato berhasil membangun kekuatan politik mereka di Jepang. Dalam waktu yang cukup singkat mereka mendirikan sistem kekaisaran. Menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi dan menciptakan ide politik yang sangat kuat.

Selain itu mereka juga memperkenalkan agama Buddha dan agama Sinto ke negeri Jepang. Dan dalam waktu singkat suku Yamato membangun reputasi sebagai penjaga budaya serta kebudaan Jepang. Kendati demikian, argumen bahwa suku Yamato Bukan berasal dari Jepang tidak di akui oleh banyak pihak di kalangan masyarakat Jepang. Sebaliknya sebagian dari mereka menganggap bahwa suku Yamato memang berasal dari tanah air Jepang.

Kekalahan Suku Ainu

Pada sisi lain Suku Ainu yang mengalami penindasan, mengalami kekalahan, penaklukan penghancuran. Kekalahan Suku Ainu di muai sejak abad ke-14, Suku ini mulai semakin merasakan tekanan dari pemerintah Jepang ketika mereka menguasai Hokkaido Selatan. Seiring dengan ekspansi penduduk Yamato ke utara, terjadi pertukaran budaya antara Suku Ainu dan Yamato.

Pertukaran ini melibatkan aspek-aspek seperti bahasa, pakaian, dan tradisi. Namun interaksi ini juga menciptakan ketidaksetaraan, sebab Suku Ainu sering kali di anggap sebagai kelompok yang lebih rendah oleh pemerintah serta masyarakat mayoritas. Pada era Meji yang berlangsung antara tahun 1868 hingga 1112 pemerintah mengubah banyak aspek kehidupan Jepang, dan suku Ainu tidak luput dari perubahan ini.

Pada era Meji pemerintah Jepang melancarkan kebijakan asimilasi yang bertujuan untuk menyatukan Suku Ainu ke dalam budaya serta masyarakat Jepang. Dengan adanya kebijakan ini Suku Ainu di paksa untuk mengadopsi bahasa serta agama Jepang yang kemudian berdampak pada identitas budaya suku Ainu. Langkah-langkah hukum dan politik yang menyebabkan hilangnya integrasi masyarakat Ainu, hampir sepenuhnya muncul Selama periode Meji.

Pemerintahan langsung oleh pemerintahan Jepang yang di laksanakan atas Suku Ainu dan tanah tempat mereka tinggal, pada akhirnya berujung pada penghapusan hukum seluruh hak atas tanah Ainu dan mendorong etnis Jepang untuk menetap di Hokaido. Kebijakan pemerintah yang timpang ini menyebabkan ledakan populasi. Populasi Hokkaido melonjak hingga lebih dari 1 juta orang, sementara jumlah suku Ainu jauh lebih sedikit di bandingkan para pemukim.

Pada tahun 1869 Kaitakushi atau badan pembangunan di dirikan, mengubah nama Pulau Hokkaido dari yang semula bernama Ezochi yang berarti tanah tidak beradab menurut Sebutan orang Jepang, menjadi Hokido Jepang. Perundang-undangan di zaman Meji juga melarang penggunaan bahasa Ainu di sekolah, pemerintahan, dan banyak Wilayah lain. Serta melarang banyak praktik budaya Ainu termasuk berburu, dan memancing tradisional.

Mulai Diakui Pemerintah Sebagai Masyarakat Adat

Pada tahun 1991 pemerintah Jepang mengakui dalam laporannya kepada komite hak asasi manusia PBB bahwa Ainu adalah etnis minoritas. Meskipun tidak ada pengakuan terhadap Ainu sebagai masyarakat adat, pada bulan September tahun 2007 Jepang merupakan salah satu dari 144 anggota Majelis umum PBB yang mendukung deklarasi hak-hak masyarakat adat.

Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan-dewan Jepang dengan suara bulat mengadopsi resolusi untuk mengakui Ainu sebagai masyarakat adat. Pada bulan Juni tahun 2008 Ainu Mulai Diakui Pemerintah Sebagai Masyarakat Adat di negara Jepang. Kemudian pada tahun 2019 Jepang secara resmi mengakui Suku Ainu sebagai suku asli Jepang dan memberikan pengakuan yang lebih besar terhadap warisan budaya serta hak-hak mereka.

Kendati demikian beberapa orang Ainu memandang pengakuan tersebut hanya sekedar simbolis dengan manfaat yang tidak jelas. Dalam menangani masalah diskriminasi sosial dan ekonomi dan mencatat tidak adanya permintaan maaf atas kebijakan pencurian tanah, penindasan budaya, serta asimilasi paksa di masa lalu. Sementara itu yang lain berpendapat bahwa pengakuan resmi dapat meningkatkan kebanggaan dalam komunitas Ainu dan keinginan yang lebih besar untuk melestarikan budaya Ainu.

Saat ini Suku Ainu yang di perkirakan berjumlah sekitar 24.000 jiwa banyak di antaranya tinggal di Hokkaido. Mereka masih mengalami diskriminasi dan kesulitan dalam mempertahankan kebudayaan adat istiadat serta bahasanya. Satu masalah paling penting yang di hadapi Suku Ainu adalah keterampilan dalam berbahasa, akibat penindasan dan penekanan di sepanjang sejarahnya. Bahasa Ainu telah mengalami penurunan dan hanya sedikit orang Ainu yang dapat berbicara bahasa ini dengan lancar.

Selain itu masyarakat Ainu mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya alam dan pendidikan serta kesehatan yang berkualitas. Mereka kekurangan modal untuk mendukung pelestarian bahasa budaya seni serta pengembangan pariwisata dan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik untuk suku mereka sendiri yaitu Suku Ainu.

Exit mobile version