Obsessive Compulsive Personality Disorder Ternyata Berbahaya

Obsessive Compulsive Personality Disorder Ternyata Berbahaya

Obsessive Compulsive Personality Disorder Ternyata Berbahaya

Obsessive Compulsive Personality Disorder Ternyata Berbahaya

Obsessive Compulsive Personality Disorder Adalah Gangguan Kepribadian Yang Ditandai Oleh Pola Perilaku Yang Teratur, Perfeksionis Dan Kaku. Individu dengan OCPD cenderung memiliki standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka juga cenderung mengikuti aturan dan prosedur dengan ketat. Salah satu ciri khas dari gangguan ini adalah keengganan untuk menyerahkan tanggung jawab kepada orang lain. Hal ini terjadi karena mereka merasa bahwa hanya dirinya yang bisa melakukannya dengan benar. Mereka juga cenderung sangat kritis terhadap diri sendiri dan orang lain dan seringkali sulit untuk mengekspresikan kasih sayang atau emosi secara terbuka.

Meskipun sifat perfeksionisme dan keteraturan tersebut tampak menguntungkan, namun dampak dari perilaku tersebut justru dapat menghambat produktivitas. Karena sangat memperhatikan detail dan ketelitian, individu dengan OCPD mungkin akan terhenti sepenuhnya ketika mereka melewatkan detail tertentu, merasa bahwa mereka gagal. Mereka juga mungkin memilih untuk memulai kembali dari awal jika ada kesalahan atau hal yang terlewatkan, yang tentunya memakan waktu.

Selain itu, orang yang mengidap Obsessive Compulsive Personality Disorder mungkin tampak sukses dan terorganisir dari luar. Namun pola perilaku perfeksionis dan kaku mereka dapat menyebabkan kesulitan dalam hubungan interpersonal dan kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin sulit bekerja sama dalam tim atau menyesuaikan diri dengan perubahan, dan cenderung mengalami stres dan kecemasan ketika situasi tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

Prevalensi Obsessive Compulsive Personality Disorder dalam populasi umum di perkirakan mencapai 3%, menjadikannya salah satu gangguan kepribadian yang paling umum. Namun, bukti yang ada saat ini tidak memberikan kepastian apakah OCPD lebih sering terjadi pada laki-laki daripada pada perempuan, atau apakah prevalensinya sama antara kedua jenis kelamin. Di perkirakan bahwa OCPD terjadi pada sekitar 8,7% dari pasien yang menjalani perawatan di unit rawat jalan psikiatri.

 Perbedaan Antara OCPD Dengan OCD

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan Obsessive Compulsive Personality Disorder (OCPD) adalah dua gangguan yang sering kali di salahpahami. Meskipun keduanya memiliki nama yang mirip, mereka memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut adalah Perbedaan Antara OCPD Dengan OCD.

OCD adalah gangguan kecemasan yang di tandai oleh obsesi yang mengganggu dan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif untuk meredakan kecemasan. Individu dengan OCD menyadari bahwa obsesi dan kompulsi mereka tidak masuk akal, namun merasa tidak mampu untuk menghentikannya. Di sisi lain, OCPD adalah gangguan kepribadian yang di tandai oleh pola perilaku yang terorganisir, perfeksionis dan kaku. Individu dengan OCPD cenderung mempercayai bahwa cara mereka sendiri adalah cara yang benar. Dan mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mereka menyebabkan masalah dalam hubungan atau kehidupan sehari-hari.

Individu yang mengalami OCD menyadari obsesi atau tindakan berulang yang mereka lakukan karena hal tersebut mengganggu aktivitas mereka. Meskipun demikian, mereka cenderung menyangkal bahwa ini merupakan gangguan kesehatan mental. Sementara itu, individu yang mengalami OCPD menyadari sikap yang mereka tunjukkan. Namun, menurut mereka, perilaku tersebut di anggap wajar karena standar perfeksionisme yang mereka pegang sangat tinggi. Meskipun demikian, aktivitas yang dilakukan oleh individu dengan OCPD di anggap berlebihan dan tidak wajar oleh orang lain.

Ketika tidak melakukan aktivitas berulang, individu yang menderita OCD akan merasakan kecemasan yang berlebihan dan ketidaknyamanan. Tekanan emosional ini di sebabkan oleh pola pikir yang terbentuk dalam otak. Di sisi lain, individu yang mengalami OCPD sangat menikmati saat mereka mengatur, mengerjakan, dan menyempurnakan segala sesuatunya. Hal ini memberikan mereka rasa puas dan ketenangan.

Dalam hal pengobatan, terapi kognitif perilaku (CBT) biasanya digunakan untuk mengobati OCD, dengan fokus pada mengubah pola pikir dan perilaku yang merugikan. Sementara itu, terapi untuk OCPD sering kali melibatkan terapi kognitif atau psikoterapi. Terapi ini bertujuan untuk membantu individu memahami dan mengubah pola perilaku mereka yang kaku dan perfeksionis.

Obsessive Compulsive Personality Disorder (OCPD) Sering Mengalami Dampak Negatif

Penderita Obsessive Compulsive Personality Disorder (OCPD) Sering Mengalami Dampak Negatif yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu dampak utama adalah kesulitan dalam hubungan interpersonal. Karena cenderung memiliki standar yang sangat tinggi dan perfeksionis, individu dengan OCPD mungkin sulit bekerja sama dalam tim atau mengatasi konflik dalam hubungan romantis atau persahabatan. Mereka mungkin memiliki harapan yang tidak realistis terhadap pasangan atau orang-orang di sekitar mereka. Serta sulit untuk memberikan dukungan emosional atau mengekspresikan kasih sayang. Selain itu, sikap kritis dan tuntutan yang tidak realistis dapat membuat orang di sekitar merasa tertekan dan tidak nyaman.

Terakhir, OCPD juga dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan fisik seseorang. Kebutuhan untuk mengendalikan segala aspek kehidupan, ketidakmampuan untuk bersantai atau menikmati waktu luang tanpa merasa bersalah dan stres yang terus menerus karena ketidaksempurnaan yang di rasakan dapat menyebabkan tingkat kepuasan hidup yang rendah. Ini juga dapat berdampak pada kesehatan fisik, dengan peningkatan risiko penyakit yang terkait dengan stres, seperti penyakit jantung atau gangguan pencernaan.

Di tempat kerja, individu dengan OCPD mungkin cenderung overwork karena ketakutan terhadap kesalahan atau ketidaksempurnaan. Mereka mungkin menemukan sulit untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi. Serta merasa tidak puas dengan prestasi mereka sendiri meskipun mencapai kesuksesan yang signifikan. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang berkelanjutan.

Obsessive Compulsive Personality Disorder Melibatkan Terapi Kognitif Perilaku

Sebuah studi yang menggunakan data dari Survei Epidemiologi Nasional tentang Alkohol dan Kondisi Terkait tahun 2001-2002 secara khusus meneliti tujuh gangguan kepribadian. Hasil studi menunjukkan bahwa gangguan kepribadian yang paling umum di temui dalam populasi survei adalah OCPD, dengan angka sebesar 7,88%. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam prevalensi berdasarkan jenis kelamin dan bahwa OCPD tidak menjadi prediktor disabilitas.

Mengobati OCPD tidaklah mudah, bahkan ketika seseorang bersedia untuk mencari bantuan. Namun, jika individu tersebut mau mencari dan menerima bantuan, pengobatan dapat menjadi efektif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terkadang penderita Obsessive Compulsive Personality Disorder dapat memberikan respons yang lebih baik terhadap pengobatan. Hal ini terjadi karena mereka cenderung patuh terhadap tugas-tugas terapi yang di tetapkan oleh terapis.

Pengobatan untuk Obsessive Compulsive Personality Disorder Melibatkan Terapi Kognitif Perilaku (CBT), yang bertujuan untuk membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang merugikan. Terapi ini juga dapat membantu individu belajar untuk mengatasi kecemasan, meningkatkan keterampilan sosial dan memperbaiki hubungan interpersonal. Meskipun pengobatan dapat membantu mengurangi gejala, individu dengan OCPD mungkin perlu dukungan jangka panjang untuk mengelola gangguan kepribadian mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Dokter mungkin juga akan mempertimbangkan untuk meresepkan obat jenis selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) untuk mengurangi beberapa kecemasan terkait dengan siklus obsesif-kompulsif. Meskipun demikian, penggunaan obat dengan resep jangka panjang biasanya tidak di sarankan untuk individu yang mengalami Obsessive Compulsive Personality Disorder.

Exit mobile version